Kamis, 29 Agustus 2013

Selamat Jalan MPER !!

           Setelah satu bulan sebelumnya sahabat, serta adek kecil ku Nina Choirunnisa Kudriyah (Fisika 2011) berpulang . Semalam, 29 agustus 2013 aku mendapatkan kabar duka kembali  dari seorang teman seperjuangan yang harus meninggalkan kami terlebih dahulu.  Ferina Aquila (Pend. Fisika 2011) namanya. Ato biasa dipanggil Mper. Gadis  cantik, manis, cheer up,  dan smart. Meskipun terkadang penampilannya tomboy, tapi aku tau dia type orang yang supel dan amat menyenangkan. Aku masih ingat betul kapan pertama kali aku melihatnya. Saat persiapan ospek jurusan. Aku yang seorang gadis desa, lugu, penakut, tak berani dekat dengannya karena menurutku dia  “ cewek keren”. 
          Aku memang tak mengenalnya secara dekat, bahkan  dia tak mengenalku (mungkin). Tapi 1 semester bukan waktu yang sebentar untuk membangun sebuah pencitraan dalam persahabatan, bukan?? Ini yang Ferina lakukan. Disadari atau tidak,seorang Ferina sudah menyihir orang2 di sekitarnya  dengan tebar aura semangatnya. 
       Namun siapa sangka gadis ini ternyata dibayangi sebuah penyakit mematikan. Dia divonis mengidap Kanker Jaringan Tunak stadium 4 Februari 2012 lalu dan terpaksa cuti beberapa semester. Sebagai salah seorang staff departemen C (kesejahteraan dan advokasi) Hima Fisika saat itu, aku bertanggungjawab menggalang dana dari kelas ke kelas untuk membantu Ferina. Saat itu aku masih belum paham benar dengan apa yang sebenarnya terjadi pada Ferina. Semester berikutnya (akhir masa tugas), temanku memberikan usul untuk menggalang dana kembali untuk membantu biaya kemoterapi Ferina. Antusiasme teman2 saat penggalangan dana inilah yang menyadarkanku bagaimana sosok Ferina di mata mereka. Saat itu aku juga baru tahu bahwa mereka ternyata sering sekali membaca blog yang ditulis Ferina  (afterlifeme.blogspot.com) dan update akun social media milik Ferina. Di Blog miliknya, Ferina bercerita mengenai pengalaman tentang kanker yang menggerogoti tubuhnya dan meluapkan segala yang ada dalam fikirannya. Tulisan2nya nya begitu memotivasi.


       Ferina Aquila memang sosok yang patut di kenang. Dia bak karang di tengah lautan. Dia selalu berusaha kuat, tegar, dan gagah untuk menghadapi kuatnya ombak dan badai lautan lepas. 
Ferina Aquila 
Pendidikan Fisika Universitas Negeri Semarang 2011


Selamat jalan Sahabat. Semoga engkau mendapatkan tempat terbaik di Sisi Allah SWT. Aamiin!

Sayap-sayap Patah-Kahlil Gibran

Sayap-sayap Patah-Kahlil Gibran


Wahai Langit

Tanyakan pada-Nya

Mengapa dia menciptakan sekeping hati ini..
Begitu rapuh dan mudah terluka..
Saat dihadapkan dengan duri-duri cinta
Begitu kuat dan kokoh
Saat berselimut cinta dan asa..


Mengapa dia menciptakan rasa sayang dan rindu
Didalam hati ini..
Mengisi kekosongan di dalamnya
Menyisakan kegelisahan akan sosok sang kekasih
Menimbulkan segudang tanya
Menghimpun berjuta asa
Memberikan semangat..
juga meninggalkan kepedihan yang tak terkira

Mengapa dia menciptakan kegelisahan dalam relung jiwa
Menghimpit bayangan
Menyesakkan dada..
Tak berdaya melawan gejolak yang menerpa…

Wahai ilalang…
Pernah kan kau merasakan rasa yang begitu menyiksa ini
Mengapa kau hanya diam
Katakan padaku
Sebuah kata yang bisa meredam gejolak hati ini..
Sesuatu yang dibutuhkan raga ini..
Sebagai pengobat tuk rasa sakit yang tak terkendali
Desiran angin membuat berisik dirimu
Seolah ada sesuatu yang kau ucapkan padaku
Aku tak tahu apa maksudmu
Hanya menduga..
Bisikanmu mengatakan ada seseorang di balik bukit sana
Menunggumu dengan setia..
Menghargai apa arti cinta…
Hati yang terjatuh dan terluka
Merobek malam menoreh seribu duka
Kukepakkan sayap-sayap patahku
Mengikuti hembusan angin yang berlalu
Menancapkan rindu….
Disudut hati yang beku…
Dia retak, hancur bagai serpihan cermin
Berserakan ….
Sebelum hilang di terpa angin…

Sambil terduduk lemah….
Ku coba kembali mengais sisa hati
Bercampur baur dengan debu
Ingin ku rengkuh…
Ku gapai kepingan di sudut hati…
Hanya bayangan yang ku dapat….
Ia menghilang saat mentari turun dari peraduannya
Tak sanggup ku kepakkan kembali sayap ini
Ia telah patah..
Tertusuk duri-duri yang tajam….
Hanya bisa meratap….
Meringis..
Mencoba menggapai sebuah pegangan..